Kamis, 15 Desember 2011

BEKONANG, antara CIU terbaik dan Semangat Penghijauan..(^_^)\

(Erina Rahmajati on Tuesday, November 29, 2011 at 4:51pm On FACEBOOK)
ku tulis sebelum kulupa.
hari ini di awali dengan mengantar teman ku ke Stasiun, memasak di rumah sahabatku. dan berlanjut ke pertemuan dengan seorang kenalan. Mas yoyok.
tujuan pertemuan itu sebenarnya adalah membahas mengenai penelitian seorang Dosenku yang berkaitan dengan bidang NAPZA, dan kebetulan mas yoyok punya Link ke BNK Sukoharjo(badan Narkotika), dan diskusipun dilanjutkan, mengatur schedule pertemuan antara pihak BNK dengan pihak Dosenku.lalu obrolan pun berlanjut ke kegiatan yang hari ini di lakukan olehnya (mas yoyok), beliau mengatakan jika di daerahnya (Bekonang) saat ini sedang berlangsung aksi penanaman pohon yang di lakukan oleh sebuah Kelompok sanggar kesenian. setelah semua perbincangan beres, ia pun menawariku untuk mengikuti atau sekedar melihat kegiatan itu, dan aku pun bersedia.

Bekonang, suatu daerah yang sebenarnya namanya sudah sangat familiar di telingaku, dan juga pastinya beberapa diantara kalian sudah sering mendengar namannya. Yup, hal pertama yang telintas di pikiran ku adalah "CIU Bekonang", yaitu minuman keras tradisional setempat (jika di Papua/Maluku ada Saguer atau Sagero).Mas Yoyok pun sekilas menunjukkan daerah tempat Ciu terkenal itu di buat, tepannya di daerah Sentul, sebelah selatan pasar Bekonang. Image "CIU Bekonang" tadi sudah pasti telah menguasai judgement ku tentang daerah ini. sebuah tempat yang identik dengan minuman keras, pasti juga identik dengan premanisme, Agresifitas, dll.masih sibuk dengan judgement2 itu  tiba2 ditengah jalan kami bertemu dengan Rombongan bapak-bapak dan Ibu-ibu yang mengendarai Sepeda ontel dan juga Becak yang membawa kranjang-kranjang berisi bibit tanaman. Mas Yoyok pun memintaku mengikuti mereka.kami berdua pun mengikuti mereka, hingga sampailah kami kesebuah sekolah dasar.. (Ah lupa aku apa namannya).dan ternyata disana para bapak-bapak dan ibu-ibu tadi menyerahkan beberapa bibit Pohon Daluang. pohon ini merupakan bahan serbuk kayu yang nantinya akan diolah menjadi Kertas Uang.setelah penyerahan itu, rombonganpun kembali menaiki becak dan sepeda mereka, manun kali ini anak-anak/ siswa serta guru-guru SD tersebutpun mengikuti mereka, sambil membawa bibit-bibit tadi.dan kami pun kembali ke Sanggar tempat kegiatan tersebut di pusatkan.

Sanggar tersebut bernama Sanggar sekar Jagad. yang berupa sebuah Rumah pribadi (milik bapak Joko) yang menjadi pusat tempat kegiatan kesenian masyarakat setempat, tepatnya di Dukuh.Kotakan, Kel.Bakalan, Kec Polokarto (pasar Bekonang Kearah selatan). Disanggar tersebut, selain ada rumah milik bapak Joko, ada pula sebuah Pendopo yang berada di halamannya, berisikan Gamelan lengkap dan beberapa wayang. di tempat ini biasanya warga setempat menggunakannya untuk berlatih karawitan, menari, bermusik (kontemporer) dan bahkan kegiatan kemasyarakatan lainnya, dan Saat ini warga yang juga merupakan anggota sanggar tersebut mengadakan aksi penanaman pohon.

Sebenarnya, kegiatan ini merupakan sebuah rangkaian acara yang di prakarsai oleh Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI). pada beberapa waktu sebelumnya DNPI telah membuat sebuah film keluarga yang berjudul BUMIKU yang di bintangi oleh Adam Gifari Rhama (11) dan Nada Zharfaina Zuhaira (12) serta para anggota Sanggar Sekar Jagad. Film ini pada intinya menceritakan tentang perubahan iklim yang terjadi akhir-akhir ini, kegegalan panen yang beberapa kali melanda daerah Sukoharjo dan jogjakarta di tengarai merupakan akibat dari perubahan iklim tersebut. Film ini sebelumnya telah di luncurkan secara perdana di Grand Indonesia, kamis (10/11) sore dan pada Konfrensi Perubahan tingkat Internasional yang di adakan di Durban, Afrika selatan. Malam ini pun akan di gelar nonton bareng Film BUMIKU di sanggar sekarjagat karena itulah mengapa sanggar sekar jagat di jadikan pusat kegiatan penanaman pohon ini. setelah semua peserta berkumpul kembali di Sanggar, kami semua (peserta, tamu dan para rekan wartawan) disuguhi hidangan nasi kucing yang dibungkus daun pisang, teh Panas dan juga beberapa gorengan sebagai lauk pauk, hemmm,sederhana namun sangat nikmat karena dinikmati bersama-sama. dan pihak DNPI pun memberti beberapa penjelasan mengenai perubahan iklim kepada para siswa Sekolah dasar yang saat itu tengah berkumpul setelah menikmati santap siang tadi.

Acara intipun di lanjutkan, yaitu penanaman Pohon Daluang, atau yang biasa di sebut dengan Jati Londo oleh warga setempat. bibit Daluang ini sendiri didatangkan oleh pihak DNPI dari jawa barat. Saya bersama mas Yoyok lebih dulu menuju ke tempat penanaman pohon, yaitu sebidang tanah yang luasnya sekitar 5x8 meter (aku sedikit bermasalah tentang perkiraan ukuran, semoga benarlah segitu). Kami berjalan kaki kesana bersama dengan rombongan ibu-ibu, dan ternyata ibu-ibu tersebut akan memainkan alat musik "Alu+Lesung" untuk mengiringi prosesi penanaman. sayup-sayup dari arah sanggar terdengar rombongan mulai bergerak menuju lokasi penanaman. mereka berjalan tanpa alas kaki diiringi dengan alunan musik kentongan sambil menyanyikan lagu2 karya mereka sendiri, tentang betapa indah dan damainya hidup di Desa. romobongan  yang terdiri dari anggota sekar jagat, warga setempat, pihak DNPI dan juga para
siswa pun satu persatu mulai memasuki area penanaman, membuka polibag dan menanam bibit demi bibit tersebut. yang membuat unik prosesi ini adalah, semua orang bersuka cita menanam Pohon sambil terus bernyanyi bersama, di iringi alunan Alu+Lesung dan kentongan. mereka bernyanyi dan menari hingga semua bibit tertanam dan mereka pun kembali ke Sanggar.

saatnya beristirahat dan bersiap dengan kegiatan nanti malam, yaitu performance Art dan  pemutaran Film Bumiku. Sayang aku tak dapat menyaksikannya.Bekonang dan sekitarnya, kini judgement ku tentannya mulai terkikis. daerah ini bukan hanya memiliki potensi sebagai penghasil "CIU"  terbaik, tapi juga menyimpan semangat-semangat Luar biasa warganya untuk saling bergotong royong melestarikan keakraban dan kekeluargaan membangun daerahnya.semoga aku bisa terus bergerak dan juga sehat, sehingga masih terus dapat bercengkrama bersama mereka dan berada dalam keakraban lainnya.

#nb: sayang, aku tak bawa kamera yg mumpuni untuk memotret tiap momen yang ada, namun Camera VGA hp ku semoga tetap bisa menggambarkan bagaimana kegiatan ini berlangsung. dan satu lagi, aku salah kostum, karena aku memakai rok dan berpenampilan terlalu "syahdu" untuk kegiatan ini ..yaah, namanya juga dadakan..hohoho
 
becak dan sepeda yang membawa rombongan
penyerahan bibit kepada siswa SD
 
penyerahan bibit kepada siswa SD
Bibit pohon Daluang (Jati Londo)
Bibit pohon Daluang (Jati Londo)
Pendopo Sanggar Sekar Jagad
 
ibu-ibu dan para Eyank Putri menabuh Alu dan lesungnya
 
Rombongan Siswa bertelanjang kaki menuju tempat penanaman Pohon
 
ibu-ibu dan para Eyank Putri menabuh Alu dan lesungnya mengiringi kedatangan rombongan
lesung dan Alu terus bertalu mengiringi penanaman pohon
 
menanam harta masa depan
 
semua bernyanyi dan menari bersama

Minggu, 25 September 2011

Konsep Percaya Diri Wanita Masa Kini (Kosmetika )

Wanita selalu dilambangkan dengan kecantikan, suatu predikat yang membuat wanita merasa dirinya diakui sebagai wanita seutuhnya. Karena hal itu mereka akan melakukan apa pun untuk mencapai predikat tersebut.
Kecantikan memiliki banyak pengertian dari berbagai sudut pandang. Sehingga kecantikan tidak hanya dapat dinilai atau dilihat dari satu sisi saja namun harus dari berbagai sisi. Namun sebagian orang, khususnya wanita mengartikan kecantikan secara lahiriyah. Karena penilaian awal pada seseorang di mulai dari penampilan fisik luar.
Seperti yang sudah dikemukakan diatas bahwa wanita akan merasa dihargai dan diakuai jika dia dinilai cantik. Perasaan ingin dihargai dan diakui ini merupakan parasaan yang wajar bagi seorang individu. Murray (lih. Crider,dkk., 1983) mengemukakan salah satu kebutuhan manusia adalah Exhibition Need dimana seseorang ingin menampilkan dirinya secara menonjol sehingga di lihat keberadaanya dan diakui (Pengantar Psikologi Umum.,Pror.Dr.Bimowalgito., hal:231).
Di akui atau tidaknya seorang wanita dalam segi kecantikan sangat mempengaruhi rasa percaya diri seseorang. Bagaimana dia bersikap terhadap lingkungannya ditentukan juga dari bagai mana lingkungan menyikapinya. Lagi-lagi penampilan fisik dan kecantikan menjadi hal utama yang mempengaruhi persepsi lingkungan terhadap seorang wanita.
Anggapan bahwa mereka cantik atau tidak adalah salah satu factor yang mempengaruhi tingkat percaya diri wanita. Hasil penelitian “The Real Truth About Asian Beauty” menunjukan bahwa hanya 3 persen wanita Asia yang berani menyatakan dirinya cantik dan hanya 1 persen wanita Indonesia yang menyatakan dirinya cantik (SriwijayaPost, Minggu 17 Juli 2005, Hal: 16). Hasil penelitian tersebut menggali beberapa aspek kehidupan tentang wanita dan kaitannya dengan kecantikan. Termasuk diantaranya definisi tentang kecantikan yang dimiliki, beserta dampaknya terhadap kepercayaan diri, dan pengaruh media massa dan iklan dalam membentuk persepsi kecantikan di masyarakat.
“ Dari segi psikologis, apa yang di ungkapkan oleh para wanita didalam penelitian ini secara tidak langsung mengartikan bahwa wanita ingin merasa cantik dengan segala keunikannya yang mereka miliki. Namun dikarenakan adanya stereotyping yang sudah mengakar didalam masyarakat tentang bagaimana seharusnya kecantikan wanita itu dilihat, in menjadi sebuah tantangan.” Kata Dra. Ratih Anjani Ibrahim S.Psi, MM (Sriwijaya Post,Minggu 17 Juli 2005, hal: 16).
Dari pemaparan diatas jelas sudah bagaimana kecantikan atau penampilan fisik itu mempengaruhi rasa percayadiri. Kepercayaan diri adalah sikap positif seorang individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan/situasi yang dihadapinya (www.e-psikologi.com).
Untuk menimbulkan rasa percaya diri tersebut, salah satu caranya yaitu usaha dalam mempercantik diri. Berbagai hal pun dilakukan. Menggunakan kosmetik adalah salah satu cara untuk mempercantik diri mereka. Pada dasarnya kosmetik di gunakan untuk mempercantik diri.
Mempercantik diri berarti membuat diri menjadi cantik, dari yang tidak cantik menjadi cantik. Kosmetik selain digunakan untuk merawat kecantikan yang sudah ada, juga di gunakan untuk menutupi kekurangan yang ada pada penampilan fisik seorang wanita yang membuat mereka tidak percaya diri(Digital Libarary Of ITB: www.digilib.itb.ac.id). Lagi-lagi kecantikan menjadi menjadi tolak ukur suatu rasa percaya diri.
Namun ternyata tidak semua wanita berpandapat seperti itu. Yayasan Jurnal Perempuan pernah melakukan penelitian pada 100 remaja putri di Jakarta mengenai "Remaja Putri Melek Media". Penelitian menunjukkan hampir sebagian besar responden menyatakan tidak setuju dengan konsep cantik seperti yang digambarkan oleh media, yaitu kurus, tinggi, langsing, dan berambut lurus. Tentu hal ini agak melegakan karena ternyata cewek-cewek itu cukup cerdik, memiliki prinsip sehingga tidak begitu saja terbawa arus konsep "cantik" seperti yang digambarkan media. Namun, ketika pertanyaan lebih lanjut mengenai mengapa menggunakan produk kosmetik tertentu (83 responden), hanya 7 orang yang menekankan pada fungsi produk kosmetik (membersihkan kotoran debu dan menghindari iritasi kulit). Selebihnya menggunakan kosmetik untuk alasan kecantikan (memutihkan dan menghaluskan kulit, biar cantik, segar, dan wangi) (blogspot.com).
Penelitian di atas menunjukan bahwa usaha mempercantik diri secara fisik tetap dilakukan oleh para wanita untuk menunjang rasa percaya dirinya,meskipun mereka tidak menganggap kecantikan semata-mata secara fisik.
Mahasiswi pun tidak mau ketinggalan dalam usahanya mempercantik diri mereka. Banyak cara dalam usahanya untuk menunjang penampilannya dan rasa percaya dirinya. Dalam penelitian Yuli Noor Hidayati (2003)tentang imitasi dalam membeli produk kosmetik sebagai variabel bebas dan rasa percaya diri sebagai variabel terikat yang mana populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswi psikologi angkatan 2000 dengan sampelnya diambil menggunakan purposive sampling yang jumlah sampelnya 68 orang. Data diperoleh dari penyebaran angket imitasi dalam membeli produk kosmetik dan angket rasa percaya diri. Adapun analisa datanya menggunakan korelasi product moment.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukan bahwa ada hubungan negative yang sangat signifikan antara kecenderungan imitasi dalam membeli produk kosmetik dengan rasa percaya diri dengan ( r = -0, 448 ). Sementara sumbangan imitasi terhadap rasa percaya diri sebesar 20,1 % dan sisanya 79,9 % dari faktor lain.( Undergraduate Theses from JIPTUMM; Digital Libarary of ITB : www.digilib.itb.ac.id)
Dari penelitian diatas terlihat bahwa banyak usaha yang dilakukan mahasiswi untuk mempercantik diri guna menunjang rasa percayadirinya.

Jumat, 17 Juli 2009

Kebudayaan Patung Mbis Suku Asmat Kabupaten Asmat Propinsi Papua,

Perkembangan budaya global semakin meluas, siapa yang kuat, dialah yang akan mempengaruhi dan berkuasa atas yang lain. Banyak budaya local yang semakin tergeser dan berganti dengan budaya global tersebut. Hal ini pun terjadi diindonesia, dengan berbagaimacam budaya yang ada yang berasal dari berbagai macam suku pun tidak dapat menghindari hal tersebut.

Salah satu bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia yang memiliki kekayaan kebudayaan yang beragam tersebut adalah daerah Papua. Papua yang merupakan sepuah pulau terbesar di Indonesia terdiri dari dua Pripinsi, yaitu Irian Jaya Barat dan Papua itu sendiri. Dengan topologi daerah ynag beragam, mulai dari pegunungan, pesisir, dataran rendah, rawa-rawa bahkan sabana sudah tentu masyarakatnya memiliki pola hidup dan karakteristik serta kebudayaan yang berbeda-beda pula.

Pulau Papua memiliki puluhan, bahkan ratusan Suku-suku asli yang sejak lama menempati belantara Papua. Dani, Ayumu, Muyu, Marin, Enggros, Sentani Barat, Sentani tengah, Asmat dll, merupakan beberapa contoh suku yang ada diTanah Papua. Mereka memiliki bahasa sukunya masing-masing oleh karena itu dahulu kala sulit untuk mereka saling berkomunikasi. Namun seiring berkembangnya Zaman, terutama setelah Papua bergabung dalam Negara Kesatua Republik Indonesia, bahasa Indonesialah yang mempersatukan dan memudahkan komunikasi antar mereka. Inilah salah satu bukti perkembangan zaman yang mempengaruhi budaya local.

Salah satu contoh lainnya yang banyak ditakutkan oleh para orang teradahulu serta para pemerhati budaya adalah, apabila masuknya budaya atau pengaruh baruh malah akan mengikis atau bahkan merubah budaya yang ada.

Salah satu kebudayaan unik yang sangat terkenal dan cukup mendapat perhatian di Tanah Papua adalah keberadaan kebudayaan Patung Asmat atau PAtung Mbis. Salah satu kebudayaan suku Asmat, kebudayaan ini lambat laun kehilangan nilai sakralnya serta terancam kehilangan penerus. Hal ini tidak lepas dari adanya pengaruh perkembangan kebudayaan global. Perkembagan inilah yang akhirnya merubah paradikma serta persepsi masyarakat setempat mengenai nilai Budaya yang mereka miliki tersebut.

Dalam makalah ini nantinya akan dibahas lebih lanjut mengenai kebudayaan suku Asmat ini dan bagaimana proses pengikisan dan pergeseran nilai budaya ini terjadi, baik sisi buruknya maupun sisi positifnya.


1. Suku Asmat

Asmat! Yang muncul di benak kita adalah suku primitif dan terbelakang serta sudah tidak asing lagi di telinga kita, terutama di kalangan pelajar dari SD sampai Perguruan Tinggi. Dalam ilmu pengetahuan sosial suku tersebut sering dikenal sebagai suku yang berada di sebelah timur Indonesia, yaitu tanah Papua. Namun, gambaran seperti itu lenyap, bila melihat orang Asmat membangun kebudayaan melalui seni dan adat istiadat mereka.

Orang Asmat lebih maju dibanding suku-suku lain di tanah Papua. Mereka sering menjadi duta bagi Indonesia di mancanegara yang menunjukan kebolehannya.

Papua adalah propinsi paling timur Indonesia yang menyimpan kekayaan alam dan budaya. Dengan luas sekitar empat ratus dua puluh ribu kilometer persegi, Papua menjadi pulau terbesar kedua di dunia setelah Greenland. Selain luas, Papua juga berlembah, sebagian rawa- rawa dan hutan lebat.

Transportasi sampai detik ini masih menjadi masalah untuk menghubungkan satu tempat ke tempat lain, sehingga sungai memegang peranan penting sebagai salah satu sarana angkutan. Seperti Sungai Membramo atau Digul yang merupakan salah satu sungai terbesar.

Bagi sebagian suku, sungai adalah kehidupan. Sungai yang membawa mereka dari satu ke tempat lain. Dari sungai mereka juga menggantungkan hidup, seperti mencari ikan dan keperluan lain. Ada beratus – ratus suku yang tersebar di wilayah pegunungan lembah dan pantai.

Asmat juga identik dengan pahatan patung Mbisnya. Tradisi yang sudah ada turun-temurun, yang memiliki nilai sacral dalam kehidupan masyarakat suku asmat itu sendiri. Patung yang berbentuk wujud manusia ini melambangkan sosok nenek moyang mereka, sehingga patung-patung ini dianggap sacral oleh

2. Legenda Fumeripits

Patung dan memahat adalah bagian penting dalam kehidupan orang Asmat. Legenda suci orang Asmat menyebutkan, orang Asmat berasal dari kayu yang dipahat menyerupai wujud manusia dan akhirnya hidup menjadi orang Asmat.

Dikisahkan, leluhur orang Asmat yang bernama Fumeripits dihidupkan kembali oleh seekor burung bertuah setelah ia terdampar di muara sungai di kawasan Asmat. Ia terlunta-lunta dan mengembara seorang diri, sampai saat ia membangun rumah bujang (jew) dengan bentuk memanjang.

Untuk mengisi kesendiriannya, sepanjang waktu Fumeripits memahat patung, hingga puluhan patung manusia dibuatnya. Suatu ketika, ia membuat tifa, alat perkusi tradisional Asmat. Ketika ia bernyanyi dan menabuh tifa, puluhan patung pahatan Fumeripits berubah wujud menjadi manusia, cikal bakal orang Asmat.

Fumeripits melanjutkan pengembaraannya di pesisir selatan Papua dan masuk ke hulu sungai besar di kawasan itu. Di setiap persinggahannya, Fumeripits kembali membangun jew dan memahat patung manusia. Setiap ia bernyanyi dengan menabuh tifa, patung itu kembali menjadi manusia yang menurunkan suku Asmat yang sekarang kita kenal tersebar di pesisir selatan Papua.

Keturunan Fumeripits inilah yang kemudian menjadi wow-ipits atau wow iwir, para pemahat Asmat. Anak turunan Fumeripits menjadi cikal bakal pengukir Asmat, yang secara turun-temurun mengulangi kembali apa yang dikisahkan dalam legenda suci Fumeripits.

Legenda itu menggambarkan bahwa patung dan memahat adalah suatu yang memiliki nilai sakral bagi orang Asmat. Arwah setiap orang Asmat yang baru meninggal diyakini sedang melakukan perjalanan jauh menuju surga, yang dalam bahasa Asmat disebut safar. Kehidupan di antara kehidupan dunia dan kehidupan surga itu adalah dunia roh yang disebut dampu ow capinmi.

Dalam bukunya, Realitas di Balik Indahnya Ukiran, pemerhati budaya Asmat, Dewi Linggasari, menuliskan, "Roh yang tinggal di dampu om capinmi adalah penyebab penyakit, penderitaan, gempa bumi, dan peperangan. Orang yang masih hidup harus menebus roh-roh ini dengan membuat pesta dan ukiran (yang diberi nama sesuai dengan nama orang yang meninggal) agar roh itu dapat memasuki safar".

Mengukir patung dan menamainya dengan nama orang yang telah meninggal sama halnya dengan membekali roh orang Yunani dengan dua keping uang emas untuk membayar pendayung perahu yang akan membawa roh itu ke surga. Demikian selama ratusan atau bahkan ribuan tahun anak cucu Fumeripits terus memahat patung untuk mengantarkan roh kerabatnya berpulang ke safar.

Dapat dipahami jika seorang pemahat memiliki status sosial istimewa di antara orang Asmat. "Status sosial orang Asmat tidak didasarkan garis keturunannya, tetapi atas kemampuan yang bersangkutan. Jika seseorang yang tidak bisa mematung banyak bicara, omongannya tidak akan didengar. Bagi kami, orang yang tidak bisa mematung tidak tahu apa-apa," kata mantan kurator Museum Kebudayaan dan Kemajuan Asmat, Jevensius Biakay.

3. Guncangan modernisasi

Saat ini, seni pahat Asmat yang dinaungi mitologi Fumeripits itu pun tidak luput dari guncangan modernisasi. Mgr Emeritus Alphonse Sowada OSC adalah saksi betapa pada akhir tahun 1970-an orang Asmat merasa memahat adalah sesuatu yang ketinggalan zaman, kuno, dan tidak modern.

"Dahulu orang Asmat berperang, dan sentuhan dengan budaya luar itu membuat peperangan berakhir. Di satu sisi, (perkembangan peradaban membuat mereka berhenti berperang) karena berhenti berperang, anak adat Asmat tidak lagi memandang perisai sebagai sesuatu yang penting. Masuknya budaya asing juga membuat anak Asmat melupakan (perkakas) adat karena mereka memakai piring. Saat itu, budaya Asmat nyaris ditinggalkan," kata Sowada.

Untuk mempertahankan tradisi mematung, Sowada pun menggagas Pesta Budaya Asmat pada tahun 1981. "Agar mereka mengukir. Awalnya, kami sekadar meminta mereka membuat ukiran, lalu kami beli. Sampai akhirnya timbul gagasan pesta budaya," katanya lagi. Adalah jasa Sowada jika hari ini orang masih bisa melihat Adam Saimas dan pemahat muda seperti Primus Oambi mencurahkan segenap keahlian memahat mereka.

Di sisi lain, legenda orang Asmat sebagai orang yang suka mengayau membuat para kolektor benda seni mencari segala sesuatu yang berhubungan dengan budaya mengayau.

Hilangnya anak jutawan Amerika Serikat, Michael Rockefeller, saat melakukan sejumlah penelitian di Asmat semakin membuat kebudayaan Asmat menjadi misteri yang menarik minat. Satu demi satu kurator seni dan antropolog dari berbagai penjuru dunia berdatangan.

Pergesekan dengan orang luar membuat patung Asmat berubah dari perangkat ritual menjadi barang yang memiliki nilai ekonomi. Mematung tidak lagi berhenti sebagai sebuah ritual untuk mengantarkan arwah leluhur mencapai safar, tetapi juga menjadi sumber penghidupan orang Asmat.

Sejak tahun 1700-an, suku Asmat di Papua telah dikenal dunia dengan keterampilan mengukirnya. Kesenian mengukir di asmat merupakan aktualisasi dari kepercayaan terhadap arwah nenek moyang yang disimbolkan dalam bentuk patung serta ukiran. Namun dalam perkembangannya, ukiran-ukiran, salah satunya patung khas Asmat digemari di luar negeri.

Budaya mengukir di Asmat lahir dari upacara keagamaan. Di sebagian daerah, sebuah upacara menghendaki adanya pemotongan kepala manusia dan kanibalisme guna menenangkan arwah nenek moyang. Untuk menghormati arwah nenek moyang, mereka membuat patung-patung yang menyerupai arwah nenek moyang tersebut, khususnya yang datang dalam mimpi. Lambat laun, kepercayaan ini menjadi tradisi mengukir dan memahat patung kayu.

Pada mulanya, patung-patung dibuat secara kasar dan setelah digunakan dalam upacara agama tertentu lalu ditinggalkan di dalam rawa. Ini sebagai wujud para arwah yang tinggal untuk menjaga hutan sagu dan pohon palem yang merupakan sumber makanan utama masyarakat Asmat.

Namun demikian, kejayaan ukiran Asmat yang asli dari buah tangan putra asli secara perlahan mulai pudar bersamaan dengan munculnya pemalsuan ukiran Asmat di sejumlah wilayah di Indonesia. Lihat saja di Bali, Yogyakarta, Jepara, dan di daerah-daerah lain, di mana ukiran-ukiran khas Asmat dengan mudah dapat ditemukan di daerah-daerah tersebut.

Di masa jayanya, para turis, baik asing maupun domestik, kolektor, seniman, dan pencinta ukiran harus mengunjungi Asmat untuk mendapatkan ukiran atau patung asli. Namun dimulai sejak tahun 2000-an, mereka tidak lagi datang ke Asmat. Selain biaya yang cukup tinggi, mereka bisa mendapatkan patung Asmat dengan datang ke Jawa dan Bali. Apalagi ukiran Asmat di daerah-daerah tersebut sangat mirip dengan aslinya yang dibuat pengrajin dari Asmat sendiri.

Tentunya dalam hal ini, masyarakat Asmat sudah mengalami kerugian, baik dari sisi bisnis maupun kekayaan intelektual. Apalagi para pengrajin di Asmat tidak tahu bagaimana proses mendapatkan hak atas kekayaan intelektual (HaKI) atas keterampilan itu. Jadinya karya mereka dengan mudah ditiru di berbagai tempat di Tanah Air. Padahal ukiran itu memiliki sejarah dan asal-usulnya.

Sejak era kolonial Belanda, patung Asmat yang tadinya dinilai sebagai benda primitif dan wujud kepercayaan terhadap arwah-arwah jahat, pada akhirnya menjadi terkenal dan disimpan di sejumlah museum di dunia. Nilai patung Asmat setingkat dengan barang-barang hasil seni Eropa dan hasil kebudayaan yang tinggi dari daerah Sungai Nil, Eupharathes, Gangga, dan Indus.

Saat ini, penduduk Asmat masih membuat ukiran secara kecil-kecilan untuk dijual atau digunakan untuk upacara ritual. Namun demikian kualitas ukiran tetap tinggi sesuai standar kualitas dan nilai seni internasional.

Sayangnya, sejumlah pemahat Asmat dari generasi berikutnya semakin mengedepankan motif ekonomi. Mematung sekadar untuk mencari uang sehingga patung yang dihasilkan pun bagai masakan tanpa cita rasa.


Akan tetapi, sisi positif pergesekan dengan dunia luar adalah makin berkembangnya seni patung Asmat sehingga melahirkan kreasi baru yang semakin rumit. Para wisatawan dan kurator juga merangsang para pemahat untuk membuat pahatan yang lebih mudah dibawa bepergian dan dibuat dari bahan kayu yang lebih keras.

Bahan kayu yang lebih keras juga memungkinkan pemahat membuat pahatan yang lebih lembut sehingga sebuah karya menjadi detail. Para pemahat generasi Primus Oambi pun mulai berkenalan dengan kertas ampelas atau kikir meski lem kayu tetap diharamkan dalam seni patung Asmat.

Sejumlah 202 karya patung Asmat yang mewarnai lomba dalam Pesta Budaya Asmat 2006 membuktikan bahwa anak cucu Fumeripits masih mampu menuangkan "kehidupan" pada sebuah kayu yang telah mati.

Akan tetapi, anak cucu Fumeripits masih harus mengalami guncangan budaya berikutnya. Hingga kini, sebagian besar anak adat Asmat masih hidup dengan berburu dan meramu di hutan yang jauh dari pelayanan publik, lapangan kerja formal, listrik, air bersih, dan tempat tinggal yang layak. Dengan daur kehidupan seperti itu, budaya memahat, menyanyikan syair suci legenda Fumeripits, menabuh tifa semalaman, tetap bertahan, dan semua tradisi itulah yang menjiwai para pemahat Asmat menghasilkan adikarya mereka.

Seiring dengan deru pembangunan di Asmat, tercerabut dari kehidupan berburu dan meramu tinggal menunggu waktu. Memang tidak bijak jika kita menjadikan orang Asmat tetap sebagai cagar budaya hidup, membiarkan mereka dalam peradaban berburu dan meramu sehingga kita tetap bisa menikmati karya pahatan Asmat yang indah. Semoga para wow-ipits Asmat terus berperahu dan tidak tenggelam di tengah derasnya arus modernisasi itu.


See The All

Perkembangan zaman yang ada telah memudahkan pertukaran nilai dan pendangan terjadi diseluruh antero dunia, termasuk Indonesia pada umumnya dan Suku Asmat pada khususnya. Pertukukaran nilai inilah yang mengubah fungsi dan nilai dari kesenian pahatan yang dimiliki suku Asmat, dari benda ritual menjadi benda seni bernilai ekonomis.

Pergantian nilai ini dikarenakan adanya nilai baru yang masuk dari budaya luar, dalam hal ini adalah masuknya agama Kristen kedalam kehidupan suku Asmat. Kepercayaan akan roh-roh yang ada tergantikan kepada kepercayaan terhadap Tuhan, dan sudah barang tentu banyak nilai yang berubah dari hal tesebut.

Cara pandang mereka tentang kehidupan social pun berubah. Pada masa awal sebelum masuknya nilai budaya baru, kehidupan social mereka masihlah sangat menjunjung tinggi nilai kesukuan. Sebelumnya perang suku dianggap sebagai sesuatu yang wajar sebagi pembuktian sistensi dan kehormatan serta martabat dari suatu suku dilingkungan suku Asmat. Patung Mbis dijadikan sebagai salah satu sarana ritual penghantar kehadiran “nenek moyang ” mereka yang dipercaya akn melindungi anak keturunannya (Fumeripits). Saat ini budaya berbeda telah masuk, dan lambat laun nilai-nilai baru tersebut menggeser nilai tersebut dan menggantikannya dengan nilai baru, tentang perdamaian yang diidentikan dengan tidak adanya peperangan dan hal ini pun menggeser fungsi patung pahatan, dari sarana ritual menjadi sebuah pajangan.

Pendidikan yang kini lambat laun berkembang dan telah turut menjamah belantara Asmat turut mengambil bagian dalam perubahan paradikma tersebut. Hal ini merupakan pengaruh dari segi kogntif seseorang. Perubahan paradikma dan sudut pandang masyarakat, terutama pada generasi muda mulai berubah, hal-hal yang bersifat ritual kepercayaan terhadap roh nenek moyang kini tidak dapat dengan mudah diterima oleh mereka yang telah mengenyam pendidikan. Pola pikir mereka lebih cendrung logis, sehinga nilai-nilai local pun mulai ditinggalkan.

Oleh karena ini mengapa saat ini para generasi muda tidak banyak yang mengusai ketrampilan pembuatan patung Mbis ini. Perkembangan semakin terus melaju, nilai-niai budaya pun semakin berburu mencari tempat untuk mengukuhkan dirinya dan menggantikan nilai budaya lain yang lemah dalam artinya pengaruh globalnya. Oleh karena ini bagaimana mempertanhankan budaya itu adalah sampai kapan budaya tersebut masih memiliki kekuatan untuk bertahan ditengah lajunya pergesekan budaya tersebut.


Daftar Pustaka :

1. Row dan Eko Prihananto, Prasetyo . 2003. Antara Penghidupan dan Ritual Suku Asmat :

http://www2.kompas.com/ver1/Negeriku/0705/15/201303.htm

2. Srimulyaningsih ,Reni. 2004. Culture Sharing — Mengenal Suku Asmat. IYLP: http://kisipapua.blogspot.com/2007/12/patung-asmat-budaya-menghormati-leluhur.html

3. Andrian .2007. PATUNG ASMAT Budaya Menghormati Leluhur yang Mendunia

http://kisipapua.blogspot.com/2007/12/patung-asmat-budaya-menghormati-leluhur.html

Kamis, 04 Desember 2008

My Lovelly Papua, My Pitty goverment

Entah berapa lagi ironi yang akan terjadi ditanah kelahiran ku, papua. tanah yang selama ini selalu ku banggakan sebagai ksmpung halamanku, meskipun orang bilang aku bukan dari ras negroid seperti penduduk asli Papua, tidak seperti Vero, Melianus, Ian dan teman-teman ku lainnya. tanah kelahiran adalah tempat aku dilahirkan dan dibesarkan. tidak ada salahnya kan kalau aku mengaku kalau aku adalah orang Papua? jadi, tidak salah juga kalau akupun merasa teriris-iris saat tahu tanah kelahiranku susah, sesak berantakan dengan kekotoran dunia politik dan ketidak teraturan yang ada.

Sudah banyak isu-isu negative yang bertebaran tentang pemisahan diri Papua dari NKRI. pemerintah terus mengusahakan berbagai cara agar itu tidak terjadi. tapi sepertinya pemerintah kita ini kelimpungan, mereka dengan serta merta melimpahkan kebijakan-kebijakan tentang penanganan masalah di Papua ini tanpa ada Mekanisme yang tertata rapih.
kekacauan itu tampak jelas didepan mata.

selama bertahun-tahun papua, yang dulunya bernama Irian jaya, menjadi wilayah yang benar-benar terujung dalam segala hal. walaupun semua orang akan menyadari keberadaanya saat menyanyikan lagu "dari sabang sampai merauke", biarpun mereka akan mengaiatnya saat mengenal puncak gunung tertinggi itu ada di jayawijaya, saat mereka mempelajari tentang perjuangan trikora... Tapi setelah itu, yang mereka lihat hanyalah sebuah pulau tertimur yang serba terbelakang. yang mereka tahu hanya bahwa. Papua itu adalah daerah penuh dengan hutan lebat, dengan jalan-jalan yang kecil, tanpa Mall, tanpa Traffic Light dan hanya dihuni oleh warga yang hanya menggunakan koteka dan Salli.
Ironis, ternyata mereka lebih sempit pikirannya untuk seorang dengan pikiran merdeka yang seharusnya tergerak untuk merubah pendapat mereka.

hasilnya saat ini dimana setiap sudut sudah mengkoar-koarkan tentang demokrasi, dimana semua orang ingin merdeka, barulah pemerintah kelabakan mencari cara untuk mengikat pulau burung ini. Langkah awal mereka adalah Otonomi Khusus. Tapi, sepertinya mereka salah strategi, otonimi khusus diberikan namun SDMnya ...........nol. selama ini pembinaan SDM baru sebatas pembinaan bagi yang mampu (matriel) bukan yang mau. sehingga saat Otonomi khusus itu di koarkan dan seharusnya putra-putra daerah yang menjalankannya, mereka ternyata belum siap. karena tidak di persiapkan sebelumnya.

Lalu jika seperti itu, siapa yang salah?, ketika pemerintahaan daerah di papua seperti hilang kendali saat diberikan kekuasaan ini. mereka seperti seekor kuda yang kuat dan gagah perkasa yang selama ini hanya terikat dan terkurung, lalu di lepaskan begitu saja ke tempat yang luas. segagah apapun ia, dan sekuat apa dia akan tetap kebingungan dalam berjalan, ia hanya kan mereka-reka kearah mana ia harus mencari makan dan ke arah mana untuk mencari jalan keluar.

PR untuk Pemerintah NKRI masih panjang, untuk mempertahankan kesejahteraan yang baru dibangun ini, agar sang kuda yang gagah perkasa ini, tetap menjadi kuda terkuat dan tercantik yang pernah ada, karena itu yang seharusnya.

(Bersambung,,,,,,,,,)


Jumat, 14 November 2008

Rencana Mutu Pembelajaran . materi Kuliah Creative Teaching and Learning

SILABUS MATA KULIAH

Program Studi : Psikologi

Kode Mata Kuliah : MKK 405502

Nama Mata Kuliah : Creative Teaching & Learning

Jumlah SKS : Dua

Mata Kuliah Pra Syarat :

Deskripsi Mata Kuliah :

Proses pembelajaran bukan merupakan suatu hal yang sederhana karena melibatkan berbagai hal yang saling terkait. Keberhasilan proses pembelajaran tidak hanya tergantung pada metode belajar mengajar atau materi saja, namun juga proses pendewasaan peserta didik. Tidak jarang, proses pembelajaran hanya menggunakan metode yang monoton yang membuat peserta didik tidak menjadi tergugah untuk belajar. Mata kuliah ini mencoba menawarkan solusinya karena mengenalkan pada prinsip-prinsip pengajaran; strategi pengajaran; desain pengajaran; interkasi pengajaran yang edukatif; pengelolaan kelas yang efektif; sumber belajar dalam pengajaran; pengenalan model pembelajaran yang menyenangkan: prinsip-prinsip Quantum Learning; faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar: gaya belajar; memori; kiat mencatat dan menulis; berpikir logis & kreatif; serta mengenalkan cara mengelola kelas yang kreatif.

Standar Kompetensi :

Mahasiswa dapat mengetahui, memahami, menguasai dan mampu mengimplementasikan teori, konsep dan prinsip pembelajaran yang kreatif sehingga dapat tercipta image baru tentang proses belajar mengajar yaitu proses belajar mengajar merupakan peristiwa yang menyenangkan

Kompetensi Dasar

Indikator

Pengalaman Pembelajaran

Materi Ajar

Waktu

Alat/Bahan Sumber Belajar

Penilaian

Mengindentifikasi prinsip-prinsip pengajaran

Setelah mengikuti perkuliahan mahasiswa diharapkan dapat :

1. Menjelaskan subjek pengajaran

2. Menjelaskan prinsip-prinsip pengajaran

1. Mengkaji masalah subjek pengajaran

2. Mengkaji dan mendiskusikan prinsip-prinsip pengajaran

1. Subjek Pengajaran: guru dan peserta didik

2. Prinsip-prinsip pengajaran: aktivitas, motivasi, individualitas, lingkungan, konsentrasi, kebebasan, peragaan, kerjasama dan persaingan, apersepsi, korelasi, efisiensi dan efektivitas, globalitas, permainan dan hiburan

100’

OHP, LCD, Rohani, A. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta : PT. Rineka Cipta

Kuis

Memahami strategi pengajaran

Setelah mengikuti perkuliahan mahasiswa diharapkan dapat :

  1. Menjelaskan pengertian tentang strategi pengajaran
  2. Menjelaskan pengelompokan strategi pengajaran.
  3. Menjelaskan salah satu model strategi pengajaran : CBSA.

1. mengkaji dan mendiskusikan pengertian tentang strategi pengajaran.

2. mengkaji dan mendiskusikan pengelompokan strategi pengajaran

3.mengkaji dan mendiskusikan salah satu model strategi pengajaran: CBSA

1. pengertian tentang strategi pengajaran.

2. pengelompokan strategi pengajaran.

3. strategi pengajaran model CBSA

100’

OHP, LCD, Rohani, A. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta : PT. Rineka Cipta

Kuis

Memahami desain pengajaran

Setelah mengikuti perkuliahan mahasiswa diharapkan dapat :

  1. Menjelaskan pengertian tentang desain
  2. menjelaskan pengertian tentang pengajaran
  3. menjelaskan tentang desain pengajaran
  4. menjelaskan tentang beberapa pola pengajaran
  5. menjelaskan tentang komponen dalam desain pengajaran

1. mengkaji dan mendiskusikan tentang pengertian desain

2. mengkaji dan mendiskusikan pengertian tentang pengajaran.

3. mengkaji dan mendiskusikan tentang desain pengajaran

4. mengkaji dan mendiskusikan tentang beberapa pola pengajaran

5. menjelaskan tentang komponen pengajaran.

1. pengertian desain.

2. pengertian pengajaran.

3. pengertian tentang desain pengajaran.

4. pola-pola pengajaran

5. komponen desain pengajaran.

100’

OHP, LCD, Rohani, A. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta : PT. Rineka Cipta

Kuis

Memahami interaksi pengajaran yang edukatif

Setelah mengikuti perkuliahan mahasiswa diharapkan dapat :

  1. Menjelaskan unsur-unsur dalam pengajaran: normative dan teknis
  2. Menjelaskan gambaran interaksi yang edukatif
  3. Menjelaskan faktor-faktor di dalam interaksi.

1. mengkaji dan mendiskusikan tentang unsur-unsur dalam pengajaran: normative dan teknis

2. mengkaji dan menjelaskan tentang interaksi yang edukatif

3. mengkaji dan menjelaskan tentang foktor-faktor dalam interaksi.

1. unsur normative dan teknis dalam interaksi pengajaran yang edukatif

2. penjabaran tentang interaksi yang edukatif

3. faktor-faktor yang terdapat dalam interaksi

100’

OHP, LCD, Rohani, A. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta : PT. Rineka Cipta

Kuis

Memahami pengelolaan kelas yang efektif

Setelah mengikuti perkuliahan mahasiswa diharapkan dapat :

  1. Menjelaskan tentang latar belakang pemikiran pengelolaan kelas yang efektif.
  2. menjelaskan perbedaan ataupun persamaan antara pengelolaan kelas dan pengelolaan pengajaran.
  3. menjelaskan masalah pengelolaan kelas.
  4. menjelaskan usaha-usaha preventif dalam pengelolaan kelas.
  5. menjelaskan tentang adminsitrasi teknis.
  6. menjelaskan beberapa pendekatan dalam pengelolaan kelas.
  7. menjelaskan hambatan yang mungkin muncul di dalam mengelola kelas.

1. mengkaji dan mendiskusikan landasan berpikir tentang pengelolaan kelas yang efektif.

2. mengkaji dan mendiskusikan tentang perbedaan dan persamaan antara mengelola kelas dengan mengelola pengajaran.

3. mengkaji dan mendiskusikan tentang masalah-masalah yang timbul seputar pengelolaan kelas.

4. mengkaji dan mendiskusikan usaha-usaha preventif dalam mengelola kelas.

5. mengkaji dan mendiskusikan tentang administrasi teknis.

6. mengkaji dan mendiskusikan beberapa pendekatan dalam pengelolaan kelas.

7. mengkaji dan mendiskusikan hambatan yang mungkin timbul di dalam mengelola kelas.

8.merancang model kelas yang efektif.

1. landasan berpikir tentang pengelolaan kelas yang efektif

2. perbedaan dan persamaan antara pengelolaan kelas dan pengelolaan pengajaran

3. masalah-masalah pengelolaan kelas

4. usaha preventif dalam pengelolaan kelas

5. administrasi teknis

6. pendekatan-pendekatan dalam pengelolaan kelas

7. hambatan dalam pengelolaan ke


RENCANA MUTU PEMBELAJARAN

Nama Dosen : Wiwien Dinar Pratisti, Dra. MSi

Prgram Studi : Psikologi

Kode Mata Kuliah :

Nama Mata Kuliah : Creative Teaching & Learning

Jumlah SKS : Dua

Kelas/Semester :

Pertemuan : Pertama

Alokasi Waktu : 100 menit

I. Standar Kompetensi :

Mahasiswa dapat mengetahui, memahami, menguasai dan mampu mengimplementasikan teori, konsep dan prinsip pembelajaran yang kreatif sehingga dapat tercipta image baru tentang proses belajar mengajar yaitu proses belajar mengajar merupakan peristiwa yang menyenangkan

II. Kompetensi Dasar :

1. Mengindentifikasi prinsip-prinsip pengajaran

III. Indikator :

Setelah mengikuti perkuliahan mahasiswa diharapkan dapat :

1. Menjelaskan subjek pengajaran

2. Menjelaskan prinsip-prinsip pengajaran

IV. Materi Ajar :

1. Subjek Pengajaran: guru dan peserta didik

2. Prinsip-prinsip pengajaran: aktivitas, motivasi, individualitas, lingkungan, konsentrasi, kebebasan, peragaan, kerjasama dan persaingan, apersepsi, korelasi, efisiensi dan efektivitas, globalitas, permainan dan hiburan

V. Metode/Strategi Pembelajaran : Diskusi Kelompok dan ceramah

VI. Tahap Pembelajaran :

A. Kegiatan Awal :

Dosen membuka pelajaran dan menjelaskan tentang subjek pengajaran serta prinsip-prinsip pengajaran

B. Kegiatan Inti :

- Dosen membagi mahasiswa menjadi tiga kelompok,

- Masing-masing kelompok diminta mendiskusikan materi yang telah ditentukan dosen.

- Mahasiswa membuat laporan hasil diskusi kelompok

- Masing-masing kelompok presentasi dalam diskusi kelas

- Dosen memberi komentar dan arahan hasil diskusi

C. Kegiatan Akhir :

Dosen membuat beberapa pertanyaan untuk kuis

VII. Alat/Bahan/Sumber Balajar :

A. Alat/Media : OHP, LCD, Laptop

B. Bahan/Sumber Belajar : Rohani, A. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta : PT. Rineka Cipta

VIII. Penilaian :

A. Teknik dan instrument penilaian :

1. Keaktifan dan sumbangan materi dalam diskusi (Akt)

2. Hasil Kuis (Kuis)

B. Kriteria Penilaian :

Akt + Kuis

2


RENCANA MUTU PEMBELAJARAN

Nama Dosen : Wiwien Dinar Pratisti, Dra. MSi

Prgram Studi : Psikologi

Kode Mata Kuliah :

Nama Mata Kuliah : Creative Teaching & Learning

Jumlah SKS : Dua

Kelas/Semester :

Pertemuan : Kedua

Alokasi Waktu : 100 menit

I. Standar Kompetensi :

Mahasiswa dapat mengetahui, memahami, menguasai dan mampu mengimplementasikan teori, konsep dan prinsip pembelajaran yang kreatif sehingga dapat tercipta image baru tentang proses belajar mengajar yaitu proses belajar mengajar merupakan peristiwa yang menyenangkan

II. Kompetensi Dasar :

1. Memahami strategi pengajaran

III. Indikator :

Setelah mengikuti perkuliahan mahasiswa diharapkan dapat :

1.Menjelaskan pengertian tentang strategi pengajaran

2. Menjelaskan pengelompokan strategi pengajaran.

3. Menjelaskan salah satu model strategi pengajaran : CBSA.

IV. Materi Ajar :

1. pengertian tentang strategi pengajaran.

2. pengelompokan strategi pengajaran.

3. strategi pengajaran model CBSA

V. Metode/Strategi Pembelajaran : Diskusi Kelompok dan ceramah

VI. Tahap Pembelajaran :

A. Kegiatan Awal :

Dosen membuka pelajaran

B. Kegiatan Inti :

- Dosen menjelaskan tentang strategi pengajaran, pengelompokan strategi pengajaran; dan stratei pengajaran model CBSA

- Dosen membuka kesempatan untuk Tanya jawab

D. Kegiatan Akhir :

Dosen membuat beberapa pertanyaan kuis

VII. Alat/Bahan/Sumber Balajar :

A. Alat/Media : OHP, LCD, Laptop

B. Bahan/Sumber Belajar :

Rohani, A. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta : PT. Rineka Cipta

VIII. Penilaian :

VI. Teknik dan instrument penilaian :

1.Keaktifan dan sumbangan materi dalam diskusi (Akt)

2.Hasil Kuis (Kuis)

B. Kriteria Penilaian : Hasil kuis

RENCANA MUTU PEMBELAJARAN

Nama Dosen : Wiwien Dinar Pratisti, Dra. MSi

Prgram Studi : Psikologi

Kode Mata Kuliah :

Nama Mata Kuliah : Creative Teaching & Learning

Jumlah SKS : Dua

Kelas/Semester :

Pertemuan : Ketiga

Alokasi Waktu : 100 menit

I. Standar Kompetensi :

Mahasiswa dapat mengetahui, memahami, menguasai dan mampu mengimplementasikan teori, konsep dan prinsip pembelajaran yang kreatif sehingga dapat tercipta image baru tentang proses belajar mengajar yaitu proses belajar mengajar merupakan peristiwa yang menyenangkan

II. Kompetensi Dasar :

1. Memahami desain pengajaran

III. Indikator :

Setelah mengikuti perkuliahan mahasiswa diharapkan dapat :

1. Menjelaskan pengertian tentang desain

2. Menjelaskan pengertian tentang pengajaran

3. Menjelaskan tentang desain pengajaran

4. Menjelaskan tentang beberapa pola pengajaran

5. Menjelaskan tentang komponen dalam desain pengajaran

IV.Materi Ajar :

1. pengertian desain.

2. pengertian pengajaran.

3. pengertian tentang desain pengajaran.

4. pola-pola pengajaran

5. komponen dalam desain pengajaran

V. Metode/Strategi Pembelajaran : Diskusi dan ceramah

VI. Tahap Pembelajaran :

A. Kegiatan Awal :

Dosen membuka pelajaran

B. Kegiatan Inti :

- Dosen menjelaskan tentang pengertian desain, pengajaran, desain pengajaran, pola-pola pengajaran serta komponen dalam desain pengajaran,

- Dosen membuka kesempatan untuk Tanya jawab

C. Kegiatan Akhir :

Dosen membuat beberapa pertanyaan untuk kuis

- Alat/Bahan/Sumber Balajar :

A. Alat/Media : OHP, LCD, Laptop

B. Bahan/Sumber Belajar :

Rohani, A. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta : PT. Rineka Cipta

VIII. Penilaian :

A. Teknik dan instrument penilaian :

a. Hasil Kuis (Kuis)

B. Kriteria Penilaian : Hasil kuis

RENCANA MUTU PEMBELAJARAN

Nama Dosen : Wiwien Dinar Pratisti, Dra. MSi

Prgram Studi : Psikologi

Kode Mata Kuliah :

Nama Mata Kuliah : Creative Teaching & Learning

Jumlah SKS : Dua

Kelas/Semester :

Pertemuan : Keempat

Alokasi Waktu : 100 menit

I.Standar Kompetensi :

Mahasiswa dapat mengetahui, memahami, menguasai dan mampu mengimplementasikan teori, konsep dan prinsip pembelajaran yang kreatif sehingga dapat tercipta image baru tentang proses belajar mengajar yaitu proses belajar mengajar merupakan peristiwa yang menyenangkan

II.Kompetensi Dasar :

Memahami interaksi pengajaran yang edukatif

III. Indikator :

Setelah mengikuti perkuliahan mahasiswa diharapkan dapat :

  1. Menjelaskan unsur-unsur dalam pengajaran yang edukatif: normative dan teknis
  2. Menjelaskan gambaran interaksi yang edukatif
  3. Menjelaskan faktor-faktor di dalam interaksi.

IV.Materi Ajar :

1. unsur normative dan teknis dalam interaksi pengajaran yang edukatif

2. penjabaran tentang interaksi yang edukatif

3. faktor-faktor yang terdapat dalam interaksi

V.Metode/Strategi Pembelajaran : Diskusi Kelompok dan ceramah

VI. Tahap Pembelajaran :

A. Kegiatan Awal :

Dosen membuka pelajaran

B. Kegiatan Inti :

- Dosen membagi mahasiswa menjadi dua kelompok,

- Masing-masing kelompok diminta mendiskusikan materi yang telah ditentukan dosen.

- Mahasiswa membuat laporan hasil diskusi kelompok

- Masing-masing kelompok presentasi dalam diskusi kelas

- Dosen memberi komentar dan arahan hasil diskusi

  1. Kegiatan Akhir :

Dosen membuat beberapa pertanyaan untuk kuis

VII.Alat/Bahan/Sumber Balajar :

A. Alat/Media : OHP, LCD, Laptop, kertas plano

B. Bahan/Sumber Belajar :

Rohani, A. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta : PT. Rineka Cipta

VIII. Penilaian :

A.Teknik dan instrument penilaian :

1. Keaktifan dan sumbangan materi dalam diskusi (Akt)

b. Hasil Kuis (Kuis)

B. Kriteria Penilaian :

Akt + Kuis

2